Style3[OneLeft]

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Info Sehat

Saat Libur Nataru 2021, Sumbar tak Tutup Tempat Wisata

 RadioSuryaFM - Sumbar,- Tempat wisata di Sumatra Barat tetap dibuka saat momentum Natal dan Tahun Baru 2022 tapi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan diawasi oleh masing-masing kabupaten/kota.

"PPKM level 3 tidak jadi dilaksanakan, karena itu tempat wisata di Sumbar masih bisa dibuka. Tetapi harus menerapkan protokol kesehatan ketat," kata Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial, di Padang, Senin (13/12).

Ia mengatakan, pengawasan untuk penerapan protokol di tempat wisata itu diserahkan pada masing-masing kabupaten dan kota. Meski demikian Dinas Pariwisata Sumbar juga akan meninjau beberapa destinasi yang dinilai rawan.

"Kita sudah layangkan surat pada bupati dan wali kota terkait hal ini. Dengan koordinasi yang baik dan kepedulian semua pihak, kita optimis potensi penyebaran Covid-19 di tempat wisata bisa diminimalkan," kata dia.

Saat ini pandemi Covid-19 di Sumbar sudah sangat melandai. Tambahan kasus baru relatif terkendali bahkan ada beberakali tercatat nol kasus secara harian.

Meski demikian, lanjut Novrial, kewaspadaan terhadap penyebaran virus corona terutama pada momentum liburan dan menyambut tahun baru tetap harus ditingkatkan. Karena saat ini ada lagi varian baru virus SARS Cov-2 penyebab Covid-19.

Terkait perayaan tahun baru di tempat wisata, Novrial menegaskan, tidak dibenarkan karena potensi kerumunan bisa terjadi. "Berwisata boleh, tapi tidak dibenarkan berkerumun. Karena itu perayaan tahun baru di tempat wisata tidak direkomendasikan," kata dia.

Salah seorang pengelola tempat wisata di Sumbar Zola Pandu mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk tidak menutup tempat wisata saat momentum Nataru. "Kami pasti mengikuti arahan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan, asal tempat wisata tidak ditutup," kata dia.


Foto Ngarai Sianok


Penguin


 

Dinas Pariwisata kab. Pasaman Barat Adakaan Kegiatan Studi Pembelajaran untuk Kelompok Sadar Wisata ke Painan, Pesisir Selatan

SuryaNews911.Painan--Dinas Pariwisata Kab. Pasaman Barat, Sumatera Barat adakaan kegiatan studi pembelajaran untuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan pelaku wisata maupun penggiat wisata ke Painan Pesisir Selatan  selama dua hari yaskni 10 hingga 11 nov 2017.

Peserta kegitan studi pembelajaran ini di ikuti oleh sejumlah kelompok sadar wisata dari berbagai kelompok sadar wisata, penggiat wisata dan palaku kuliner, pengelola home stay dan hotel serta dari beberapa pelaku usaha ekonomi kreatif yang ada di Pasaman Barat.

Kepala Dinas Kab. Pasaman Barat Armen, melalui  Robiyanto Kepalaa Bidang SDM  dan Ekonomi kreatif menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan peran kelompok sadar wisata Pasaman Barat dalam membangun dunia kepariwisataaan.

Ia menambahkan, Pasaman Barat memiliki banyak destinasi unggulan baik wisata pantai dan pulau, wisataa gunung dan air terjun maupun wisata kuliner dan budaya.

Dalam pantauan lansung reporter Radio Surya di Painan Pesisir Selatan terlihat  selama pelatihan perserta sangat antusias berdiakusi dengan kelompok sadar wisata carocok bukik langkisau painan yang sukses mengembangkan detinasinya.


Para peserta berdiskusi tetang strategi dan langkah pengembangan seperti pengelolaan administrasi , pengelolaan sovenir yang berdaya jual, pengelolaan hotel maupun home stay yang nyaman,  cara penyajian kuliner yang di sukai oleh wisatawan serta tata cara dan langkah pengamanan hingga pengelolaan parkir di sebuah objek wisata.(ADE)

Mentawai Gelar Festival Muanggau

Suryanews911.com, Padang - Saat terang bulan memunculkan sebuah fenomena unik dan menarik di Kabupaten Kepulauan Mentawai, sekitar 120 mil laut barat Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Di daerah terdepan Indonesia di Samudera Hindia yang dijuluki Surga Dunia Negeri Sikerei itu, kepiting yang tiada duanya, Muanggau, bermunculan ke tepi pantai dan gampang sekali ditangkap. 

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai menggelar Festival Muanggau, tanggal 5-7 September 2017 mendatang di kawasan wisata pasir putih Pantai Mapadegat, Pulau Sipora, sekitar 5 km dari Tuapeijat. 

“Kita ingin masyarakat Sumatera Barat, masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia tahu bahwa Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki banyak keunikan dan keunggulan dalam bidang pariwisata di dunia, bahkan sejumlah flora dan faunanya tergolong endemik. Hanya ada di Kepulauan Mentawai,” kata Bupati Kepulauan Mentawai, Judas Sabagalet, kepada wartawan Rabu (16/8) di Tuapeijat. 
 
(Desti Seminora, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Mentawai)

Mentawai memiliki flora dan fauna endemik paling langka di dunia karena terpisah dari daratan kawasan barat Indonesia sejak 500.000 tahun silam. Didampingi Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kepulauan Mentawai, Desti Seminora, Bupati Judas Sabagalet menjelaskan, salah satu fauna endemik Mentawai itu adalah kepiting Mentawai atau sering disebut Muanggau. Ciri khas Muanggau adalah warna cangkang badan hitam dan kaki penjepit berwarna kemerahan. Saat musim Muanggau, bisa berton-ton sekali dipanen. 

Desti Seminora menambahkan, agar populasi Muanggau tetap terjaga, masyarakat punya kebiasaaan untuk memanennya sekali dalam setahun. Karena menarik sebagai atraksi wisata, penangkapan Muanggau secara massal oleh masyarakat dilakukan saat Festival Muanggau Mentawai, yang dilaksanakan di Pantai Mapadegat, Sipora. 

“Jika wisatawan sudah terbiasa menikmati kuliner kepiting di daerah-daerah luar Mentawai, maka sensasi kepiting Muanggau Mentawai, akan memberikan kenikmatan dan kelezatan tersendiri. Saat musim Muanggau, adalah surganya pada wisatawan, peneliti, fotografer, dan penyuka kuliner kepiting,” jelas Desti. 

 “Penginapan atau homestay juga relatif banyak di daerah pusat ibukota kabupaten Kepulauan Mentawai itu. Di luar agenda Festival Muanggau Mentawai, pengunjung atau wisatawan bisa menikmati obyek wisata pantai yang berpasir putih dan keindahan bawah laut di pulau-pulau terdekat dari lokasi festival. Dan ikan asin Mentawai merupakan salah satu buah tangan yang selalu diburu wisatawan jika berkunjung ke Tuapeijat. Citarasa ikan asinnya jauh beda dan lebih enak dibanding ikan asin manapun,” jelas Desti Seminora yang sebelumnya sukses menggelar Festival Panah Tradisional Mentawai di Muntei, Pulau Siberut, 26-28 Juli 2017 lalu.
(yurnaldi / muhammad fadhli)

Wisata ke Gunung Padang



SuryaNews911. Padang.- Gunung Padang sebuah bukit di kota Padang yang terletak di pantai sumatera menghadap samudera hindia. Ketika mendengar nama gunung padang, kita teringat pada karya Marah Rusli sebuah kisah dramatis dua remaja minangkabau yang terpisah karena serakahnya Datuk Maringgih.
Kali ini kita melihat gunung padang dari sisi lain.  Sisi pariwisatanya, Gunung Padang punya pesona yang menawan.  Keindahan alam yang disajikan membuat rasa letih mendaki dari kaki gunung jadi terobati. Angin sepoi2 diantara pepohonan menjadikan badan kembali segar.
Tidak perlu takut kehausan. Di puncak gunung padang ada pedagang menjual minuman dan makanan ringan.  Harga yang ditawarkan tidak jauh beda dengan harga pasar umumnya.
Disepanjang perjalanan dari muara padang sampai ke puncak gunung padang terlihat jelas samudera hindia dan gugusan pulau pulau kecil yang menghiasi pantai. Pulau pisang kecil dan besar dilepas pantai Air Manis serta pulau Sikuai dan pulau Pagang dilepas pantai Bungus.
Ke arah utara terlihat jelas kota Padang dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang. Dari puncak gunung padang nampak jelas Masjid Raya Sumbar yang jadi kebanggan masyarakat Minang.   Gedung tinggi yang mulai bertebaran di kota Padang semakin menambah keindahan pemandangan.
Banyak anak2 muda datang ke Gunung Padang memanfaatkan sore mereka sambil menunggu sunset. Pandangan yang lepas ke samudera hindia membuat peristiwa terbenamnya matahari sebagai kenangan tersendiri bagi mereka.
Mendaki Gunung Padang tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya dalam waktu 30 menit, kita sudah sampai dipuncak.  Bagi mereka yang muda, bisa lebih cepat.  Sedang bagi yang mulai berumur mungkin lebih lama.  Jalan yang dilalui melingkar hampir seperdua keliling kaki gunung.  Setelah berada di hadapan samudra hindia, baru jalan mulai mendaki menaiki anak tangga. 
Disetiap jarak 100 meter pemerintah kota menyediakan tempat peristirahatan.  Dari sini kita bisa santai melepaskan lelah menunggu etape berikutnya sambil menikmati indahnya pemandangan disela sela pepohonan.  Karena di tempat peristirahatan ini tidak ada orang yang jualan, kita harus sediakan sendiri perbekalan. 
Menjelang sampai ke puncak gunung, ada batu besar yang terpampang seperti dinding raksasa di tengkuk gunung.  Tangga yang kita lewati berada disamping dinding batu.  Sepertinya batu ini ada du buah. Satu yang menghadap ke laut dan yang lainnya sebagai penopang dibelakangnya.  Diantara keduanya ada celah yang bisa dilewati.  Konon di sinilah terdapat kuburan Siti Nurbaya yang ditulis Marah Rusli dalam novelnya yang legendaris tersebut.
Menjelang taman di puncak gunung, kita bertemu monyet yang sudah jinak.  Mereka ikut bermain bersama pengunjung yang datang. 
Dari taman di puncak gunung ini kita bisa bebas melihat kesekeliling gunung.  Pemandangan yang indah membuat kita lupa dengan kelelahan setelah mendaki kurang lebih 1 km.  (Elfizon Amir)

Top