Style3[OneLeft]

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Info Sehat

Sepenggal Kisah Haji Damanhuri Zuhri, Jurnalis Peliput Perang Teluk

SuryaNews911. Sebuah sms agak ringan melabuh "Bos saya berangkat yah. Mama Nadia sedang hamil euy."

Begitu SMS Damanhuri masuk dalam hape saya mengabarkan keberangkatannya ke Amman, Yordania, pada akhir Maret 2003. Dia sudah di bandara Cengkareng ketika itu, siap-siap meliput Perang Teluk 3. Saya sedang di kantor Republika, jalan Warung Buncit 37, Jakarta.

Saya bukanlah atasan Damanhuri. Kami sama-sama awak redaksi di Republika. Sapaan itu adalah kebiasaan dia yang senantiasa menghargai kawan. Jangankan dengan saya yang seusia, terhadap mereka yang lebih muda pun, Damanhuri acap menyapanya dengan 'bos'.

Namun saya tersentak juga dengan keberangkatannya ke Amman karena harus meninggalkan isterinya yang hamil. Ketika itu keputusan memilih Damanhuri meliput Perang Teluk ke 3 tergolong mendadak. Selain fasih berbahasa Arab, Damanhuri juga pernah meliput Perang Teluk ke 1 saat masih bergabung dengan Media Dakwah.

Hari-hari berikutnya, laporan Damanhuri tentang kondisi di Irak pasca bombardir pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat mengisi halaman pertama Republika. Damanhuri membuat laporan dari Amman, Yordania.

Saat hari Sabtu siang menjelang sore, saat saya sedang bertugas di kantor Republika ada SMS dari Damanhuri. Dia minta saya menelponnya. Segera saya minta operator telepon agar menyambungkan saya dengan Damanhuri yang sedang bertugas di Amman itu.

Kami pun saling berbicara. Dia menceritakan berbagai hal. Sejak keberangkatannya dari tanah air hingga sampai Amman. Seperti biasa, ada saja cerita menarik, lucu maupun heboh dari dia. Baik tentang selama penerbangan, mencari penginapan maupun mencari bahan berita.

Tak terkecuali dia juga mengatakan membawa bekal empal daging haji Dadih, Lebak Wangi, Parung yang menurutnya paling enak sedunia. Empal daging ini juga menjadi kegemaran pak Casmo T, mas J Osdar dan wartawan lain yang bertugas di Istana saat menjadi rombongan (Damanhuri juga ikut) kunjungan Presiden KH Abdurrahman Wahid ke Amerika.

Rupanya, Damanhuri menyampaikan bahwa dia akan segera berangkat menuju Baghdad. Bersama rekan wartawan dari Pikiran Rakyat, dia mengatakan sudah mendapatkan mobil carteran bersama sopir yang siap mengantarkan melalui jalan darat ke kota yang menjadi sasaran serangan tentara koalisi pimpinan Amerika.

Saya lebih banyak mendengarkan. Dia bercerita tentang tak mudahnya mencari kendaraan dan sopir yang bersedia mengantar ke Baghdad. Tentang rompi perang, bekal makan yang harus dibawa dan urusan lain yang harus dia siapkan saat melewati pos-pos pemeriksaan. Juga cara dia mengirimkan berita melalui faximili.

Tak lama kemudian, setelah kami berhenti berteleponan, rupanya mobil carteran dan sopir yang membawanya masuk Irak menuju Baghdad mmulai bergerak. Dia memberitahu melalui SMS. Sekitar 20 menit kami saling sapa melalui SMS. Ketika itu dia mengatakan sudah berada di kawasan Irak. Banyak hal yang dia sampaikan. Termasuk menyinggung kehamilan isterinya yang mengandung anak ke tiga.

Namun tiba-tiba SMS saya tak dia balas. Belakangan saat sudah kembali ke tanah air dia bercerita bahwa ketika itulah mobil yang dia tumpangi masuk dalam kawasan yang sudah dikendalikan tentara koalisi. Tidak ada sama sekali sinyal ponsel agar bisa berkomunikasi. Hal itu dia alami hingga sampai Baghdad. Saya agak lupa apakah dia menginap di hotel Jurnalis atau Palestine saat di ibukota Irak, ketika itu.
Damanhuri beberapa hari di Baghdad. Reportase-nya tentang suasana di Baghdad menghiasai halaman pertama Republika. Damanhuri mendengarkan langsung suara tembakan, dentuman bom maupun suasana kekerasan dalam kawasan yang tengah berkecamuk perang. Atas alasan keamanan dan semakin memburuknya situasi di Baghdad, dia kembali ke Amman Yordania. Kalau tidak salah, beberapa waktu kemudian hotel itu luluh lantak akibat serangan bom tentara koalisi.

Nisa (yang saat 13 tahun lalu masih dalam kandungan), juga Nadia dan Faiz tentu bangga akan dedikasi ayahnya menjalankan pekerjaan sebagai wartawan. Meninggalkan anak dan isteri yang sedang hamil bertaruh nyawa menjalankan liputan di medan perang. Meski waktunya nyaris habis untuk pekerjaan dan kegiatan lainnya, Damanhuri adalah sosok yang amat perhatian terhadap tiga anaknya.

Damanhuri bukan saja wartawan tulen, namun juga memiliki kepiawaian dakwah bil lisan. Beberapa kali isteri saya mengundang sebagai nara sumber dalam pengajian di mushola dekat rumah kami. Setiap menyampaikan ceramah dia minta speaker mushola dimatikan. Materi ceramahnya enak dan mudah dipahami serta disenangi jamaah karena diselingi humor-humor segar.

Namun, kemarin tenggorokan saya tercekat saat menghampiri Nadia di samping jenazah ayahnya terbaring.

"Ini yang terbaik untuk ayah om," ujar Nadia.
(rol)

Inilah Bashyr Pickard, Novelis Inggris yang Percaya Kebenaran Alquran

SuryaNews911. JAKARTA - W. B. Bashyr Pickard, sosok penulis sejumlah buku terkenal, termasuk Layla dan Majnun, The Adventures of Alcassim, dan A New World. Satu kejadian di Perang Dunia I mengubah jalan hidupnya.
Berikut kisahnya:

Bashyr muda, dibesarkan dalam lingkungan Kristen. Oleh orangtuanya, dia diajarkan untuk hidup santun dan percaya kepada Tuhan. Kala itu, Perang Dunia I pecah. Bashyr bertugas di Front Barat Prancis. Mengambil pertemputan di Somme, 1917, Bashyr mengalami luka dan menjadi tawanan perang.

Di bawalah dia ke Jerman, melalui Belgia. Ia jalani pengobatan di rumah sakit. Di Jerman ia melihat begitu banyak penderitaan. "Di sana saya begitu lapar, lengan saya terluka namun tidak jua sembuh," kata dia seperti dilansir Islamreligion.com, Senin (26/9).

Oleh Jerman, ia dipindahkan ke Swiss guna menjalani perawatan rumah sakit dan operasi. Di sana, Bashyr teringat Alquran. Hal yang pernah ia baca ketika membaca Arabian Nights ketika bertugas di Uganda.

Entah mengapa, ia ingin membacanya. Dalam hatinya, ia menemukan kebenaran abadi. Dengan kondisi yang sulit, Bashyr selalu menyempatkan diri membaca Alquran.

Usai berakhirnya Perang Dunia I, ia kembali ke London pada Desember 1918. Dua atau tiga tahun kemudian, Bahsyr mengambil program studi Sastra di Universitas London. Secara teratur, ia menghadiri kuliah bahasa Arab di Universitas.
Suatu hari, gurunya almarhum Prof. Belshah, mengatakan Alqufran merupakan sebuah buku yang layak Anda baca dan pelajari. "Anda akan menemukan itu, percaya atau tidak," kata Bashyr menirukan suara gurunya.

"Saya percaya itu," kata Bashyr merespons perkataan gurunya. Sang guru terkejut. Oleh gurunya itu, Bashyr diajak ke London Prayer House di Nothing Hill Gate. Semakin intenslah, Bashyr mempelajari Islam.

Tahun Baru 1922, Bashyr bersyahadat. Sejak itu, ia jalani kehidupan sebagai seorang Muslim. "Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Allah, Alhamdulillah saya seorang Muslim," kata dia.
(na/rol)

Inilah Cara Para Sahabat Mencintai Rasulullah

SuryaNews911. Abdullah bin Hisyam menceritakan, suatu hari ia dan sejumlah sahabat melihat Nabi Muhammad SAW sedang menjabat tangan Umar bin Khatab. Sambil berjabat tangan itu, Umar berkata, "Demi Allah wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai daripada segalanya, kecuali diriku sendiri."

Mendengar perkataan Umar, Nabi berujar, "Tidak beriman salah seorang dari kamu sampai aku lebih dicintai daripada dirinya sendiri."

Mendengar sabda Nabi, Umar pun berkata, "Kalau begitu, demi Allah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Mendengar jawaban sahabat sekaligus mertuanya ini, Rasulullah menegaskan, "Sekarang inilah imanmu telah sempurna, wahai Umar."

Dalam sejarah Islam, kita dapati banyak sekali sahabat Rasulullah yang membela dan mencintainya melebihi dirinya dan keluarganya. Mereka rela berkorban termasuk nyawanya sendiri dalam membela Nabi. Seperti Ali bin Abi Thalib, saat Nabi hendak hijrah ke Madinah, untuk mengelabui kaum kafir Quraish, bersedia tidur di tempat tidur Nabi.

Kisah Perang Uhud

Ada kisah menarik dari seorang perempuan Anshar ketika Perang Uhud. Dalam peperangan melawan kaum kafir, perempuan ini telah kehilangan suami, ayah, dan saudara lelakinya, yang syahid membela Islam.
Ketika oleh beberapa sahabat berita duka ini disampaikan kepadanya, perempuan itu bertanya, "Bagaimanakah keadaan Rasulullah?" Dijawab, "Beliau sebagaimana yang engkau cintai."

Setelah perempuan itu melihat sendiri Rasulullah, ia pun berkata, "Segala musibah sesudah engkau adalah kecil." Para ulama dan sejarawan Islam menyatakan, "Mencintai Rasulullah merupakan fenomena kecintaan kepada Allah. Sebab, beliaulah pembawa wahyu, penyampai risalah, yang membimbing manusia ke jalan kebenaran dan penunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah pemilik segala yang ada di langit dan bumi.

Allah sendiri memberikan penghargaan yang tinggi kepada Rasulullah, sebagai contoh panutan. Begitu tingginya penghormatan kepada Nabi, sehingga diabadikan dalam surah Al-Ahzab ayat 56 yang berbunyi, "Allah dan para malaikat memberikan salam kepada Nabi. Wahai, orang-orang beriman, berikanlah shalawat dan salam kepadanya."

Karena itulah, umat Islam di segenap penjuru dunia menjadi sangat tersinggung dan marah ketika Nabi Muhammad, yang mereka cintai dan hormati itu, dihina dalam bentuk kartun di sebuah harian di Denmark, dengan dalih kebebasan pers yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, menunjukkan bagaimana kebencian mereka terhadap Islam.
(na/rol)

Momentum Peningkatan Iman Saat Duka Datang Menyapa

SuryaNews911. JAKARTA – Rasulullah pernah mengemukakan kekagumannya kepada orang-orang Mukmin. “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Sulawesi Selatan KH Mudzakkir M Arif, baik kesenangan maupun kesedihan  merupakan sarana untuk menguatkan iman.

“Sama ketika kita berbahagia, saat bersedih juga adalah saat yang tepat untuk menguatkan iman. Karena kesedihan itu mengingatkan kita akan dosa dosa kita, lalu kita termotivasi bertaubat dan meningkatkan amal ibadah secara signifikan,” kata KH Mudzakkir kepada Republika.co.id, Jumat (8/7/2016).

Mudzakkir menambahkan, saat bersedih adalah saat hati lebih lembut, lebih rapuh, lebih ringkih.  “Itulah saat hati yang berhidayah. Hati yang berhidayah  itu mempercepat langkahnya kepada Allah Yang Mahakuat, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi,” tuturnya.

Mudzakkir mengemukakan, ketika hati sedih bertemu Allah, kesedihan itu menjadi imani, kelembutannya menjadi imani, menjadi kuat dan tegar secara imani. Air mata bisa saja mengalir deras, tapi ia menjadi penyubur iman di hati.

“Perjalanan menuju Allah itulah yang penting diperjuangkan. Pertemuan indah dengan Allah itulah yang penting dihayati. Mari bersama kita jadikan kesediahn sebagai motivasi penguatan iman efektif,” ujar KH Mudzakkir M Arif.
(na/rol)

Meraih Malam Kemuliaan Lailatul Qadr

SuryaNews911. JAKARTA - Malam Lailatul Qadr adalah malam kemuliaan. Malam yang pahalanya sama dengan beribadah seribu bulan atau 83 tahun.
Ketua umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail mengatakan Rasulullah SAW setiap Ramadhan selalu mengajak anak dan keluarganya memperbanyak ibadah. Ibadah pun semakin meningkat ketika 10 hari terakhir Ramadhan.

Selain ibadah rutinitas yang dilakukan, banyak ibadah yang dapat dilakukan salah satunya I’tikaf di masjid. Rasulullah SAW pun di tahun terakhir sebelum wafat bahkan beritikaf selama 20 hari selama Ramadhan.

“Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah amalan apa yang sering dilakukan saat sepuluh malam terakhir, Rasulullah menjawab untuk memperbanyak berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT,” jelas Kiai Satori  Ahad (26/6).

Menurut Kiai Satori, ciri-ciri malam Lailatul Qadr biasanya terjadi pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Malam tersebut biasanya suasana hening, tidak ada hujan lebat dan angin kencang.
Saat pagi, matahari akan bersinar terang tetapi panasnya tidak menyengat. Mereka yang mendapatkan Lailatul Qadr biasanya memiliki ciri-ciri.

Umat Muslim baik laki-laki maupun perempuan bisa saja mendapatkan Lailatul Qadr. Mereka yang mendapatkannya biasanya menjadi lebih baik kehidupan beragamanya setelah meraih Lailatul Qadr.

Kiai Satori mengingatkan bagi umat Muslim untuk merasa atau mengaku-ngaku telah mendapatkan Lailatul Qadr. Karena sifat dan karakter Muslimin yang mendapatkannya tidak akan seperti itu.

Mereka akan lebih baik dari sisi ibadah, ekonomi, sosial  bahkan seluruhnya selalu didekatkan dengan Allah SWT. Bahkan setelah mendapatkan lailatul qadr, mereka merasa memiliki keindahan menuju khusnul khatimah.

Bagi wanita tak harus khawatir tidak mendapatkan malam lailatul qadr karena terhalang haid, nifas atau tidak berpuasa karena hamil. Banyak amalan lain yang dapat rutin dijalankan saat malam-malam terakhir Ramadhan.

Mereka bisa memperbanyak zikir, taat pada suami dan orang tua dan tidak meninggalkan kewajiban sebagai istri dan anak. Bahkan seorang wanita dapat memeprbanyak doa tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga keluarga dan negara.

Bagi anak-anak, mereka yang telah rajin beribadah tetapi belum baligh atau mumayiz, maka pahalanya diberikan kepada orang tua. Orang tua tersebut bisa saja mendapatkan malam lailatul qadr berkat kesuksesan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah sejak anak-anak.
(na/rol)

Berlomba Dalam Ibadah Tersembunyi yang Dicintai Allah SWT

SuryaNews911.mutiarahati - di bulan suci ramadhan ini marilah kita berlomba-lomba untuk melakukan segala amalan baik, sekecil apapun itu. Percayalah bahwa sekecil apapun amalan baik yang kita lakukan, maka Allah akan mencatatnya sebagai kebaikan pula. Begitu juga sebaliknya. Sekecil apapun amal buruk, maka akan tetap dicatat sebagai amalan buruk pula. Dalam sebuah surat disebutkan bahwa sesungguhnya orang yang beramal saleh dan beriman, maka Allah akan menanamkan di dalam hati mereka dengan rasa kasih sayang.

Dalam sabdanya Rasulullah mengatakan bahwa ketika Allah mencintai seorang hamba-Nya maka Dia akan memanggil Jibril lalu berfirman bahwa Allah mencintai si Fulan maka Dia memerintahkan malaikat Jibril untuk mencintainya pula. Dari situlah semua malaikat di langit akan mencintai si Fulan karena ibadah yang paling dicintai Allah. Betapa senangnya jika nama kita disebut-sebut di langit, sementara kita dapat hidup di dunia dengan nyaman, makan, minum, dan tidur.

Sebuah riwayat mengatakan bahwa siapa saja yang dapat melakukan amal shaleh secara tersembunyi maka lakukanlah. Terdapat berbagai macam ibadah yang tersembunyi, yakni membiasakan shalat malam meskipun hanya satu rakaat kemudian witir setiap malam. Kita dapat melakukan shalat ini sebelum tidur atau sesudah Isya’ atau bisa juga sebelum fajar agar dicatat sebagai ibadah dari bangun malam.

Rasulullah pernah bersabda bahwa sesungguhnya Allah itu ganjil sehingga menyukai yang ganjil. Oleh karena itu, lakukanlah shalat witir atau ganjil dan membaca AL-Qur’an. Amalan lainnya adalah mendamaikan dua orang yang sedang berseteru, baik teman, tetangga atau bahkan suami istri. Rasulullah bertanya apakah para sahabat ingin tahu, amalan apa yang lebih besar pahalanya dibanding puasa, shalat, dan sedekah.

Selain itu, memperbanyak dzikir pada Allah juga bisa dilakukan. Rasulullah pernah bersabda bahwa berdzikir dengan mengingat Allah merupakan amalan yang paling suci, paling baik, dan paling tinggi di sisi Allah.

Amalan lainnya adalah bersedekah secara diam-diam. Bersedekah dengan diam-diam dapat meredakan murka Allah. Apabila shalat Fajar, biasanya Abu Bakar pergi ke padang pasir dan kembali lagi sebentar ke Madinah. Suatu ketika Umar bin Khatab mengikutinya karena penasaran. Ternyata ia berkunjung ke sebuah tenda kumuh di tengah padang pasir. Abu Bakar bersembunyi di belakang batu dan kemudian ia keluar dari tenda itu tak berapa lama.

Setelah Abu Bakar pergi, Umar pun masuk ke dalam tenda itu. Ternyata ada seorang wanita yang buta dan tua dengan bayinya yang masih kecil. Umar menanyakan siapa yang mendatanginya tadi. Wanita itu menjelaskan bahwa ia tidak tahu siapa orang itu, tapi yang jelas ia selalu mendatangi wanita itu tiap pagi. Orang itu masuk dan menyapu rumahnya, mencampur adonannya dan memerah susu ternak mereka kemudian keluar lagi. Inilah amalan yang dilakukan oleh Abu Bakar secara diam-diam. Sungguh mulianya ibadah yang tersembunyi.

Berdasarkan penjelasan ibadah diam-diam yang disukai oleh Allah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa beramal saleh tidak harus menampakkannya pada orang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya rasa riya’ akibat perbuatan baik yang dilakukannya sehingga dapat mengurangi pahala yang didapatnya. Terdapat banyak berkah yang bisa kita dapatkan dari beramal saleh secara diam-diam ini.
(bt/viva)

Anak Penghafal Alquran Jadi Penolong Orag Tua di Akhirat

SuryaNews911. BOGOR - Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Abdulrahman Fakhroo menggelar lomba tahfiz untuk anak-anak. Novelis Habiburrahman El Shirazy hadir dalam acara pembukaan perlombaan tersebut pada Sabtu (18/6) di Mushala Abdulrahman Fakhroo, Tanah Sereal, Kota Bogor.

Kang Abik, sapaan Habiburrahman memberikan ceramah dalam pembukaan lomba tahfiz. "Menyaksikan anak dekat dengan Alquran, ini nikmat untung orang tua. Tidak semua ayah dan ibu bisa merasakan itu," kata Habiburrahman, Sabtu (18/6).

Menurut dia, para orangtua nantinya akan menyesal terutama di alam kubur jika anak-anak tidak diajarkan untuk dekat dengan Alquran. Habiburrahman mengajak orangrua untuk dekat dengan Alquran begitupun dengan anak-anak agar hidup di dunia dan akhirat bisa bahagia.

"Kalau anak-anak kita hafal Alquran bisa menjadi syafaat dari Allah SWT untuk kita orang tua di akhirat nanti. Mereka (anak-anak) menjadi pemulia untuk orang tua," kata Habiburrahman.

Untuk itu, dia merasa bersyukur pada masa sekarang banyak perlombaan untuk anak-anak menghafal Alquran. Semasanya kecil, anak-anak bisa dekat dan rajin membaca Alquran saja sudah menjadi hal yang bagus sekali.

Dia menyarankan, orang tua tak perlu selalu menyekolahkan anak jauh-jauh untuk bisa menghafal Alquran. "Datangkan dan ajaklah anak-anak ke mushala terdekat. Bapak ibu tak perlu bepisah dengan anak-anak, belajar di sekolah tahfiz Insya Allah bisa menjadi penghafal Alquran," ujar Kang Abik.

Begitupun dengan perlombaan tahfiz di Mushala Abdulrahman Fakhroo yang diawali karena banyak anak di lingkungan tersebut belajar Alquran. Perlombaan yang disponsori oleh Syekh Abdulrahman Fakhroo dari Qatar dan Republika Media Mandiri itu digelar mulai 18-19 Juni 2016 untuk babak penyisihan dan final dilakukan pada 25-26 Juni 2016.
(na/ro)

Empat Perkara yang Harus Dihindari Saat puasa

SuryaNews911.Mutiara Hati - Bulan suci Ramadhan menjadi bulan istimewa bagi umat Islam. Karena Pada waktu ini Allah SWT membuka pintu ampunan selebar-lebarnya. Ada begitu banyak amalan yang bisa mendatangkan ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

Sebab itu, banyak orang yang kemudian berlomba-lomba untuk mengerjakan amalan kebaikan di bulan Ramadhan dengan harapan akan memperoleh ampunan dari Allah. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menambah pundi-pundi pahala dan mengurangi dosa.Akan tetapi, tidak semua orang berhasil menggugurkan dosanya di bulan suci ini. Masih banyak di antara mereka yang gagal meraih ampunan dari Allah SWT. Ternyata hal ini bisa terjadi dikarenakan berbagai sebab.

1. Puasa Tanpa Dasar Ikhlas
Penyebab pertama yang membuat seseorang gagal untuk meraih ampunan dari Allah SWT selama bulan suci Ramadhan dikarenakan mereka melaksanakan puasa tanpa dasar ikhlas. Padahal seperti yang diketahui bahwa ketika kita melaksanakan amalan kebaikan haruslah didasari keikhlasan untuk mengharapkan ridha dari Allah SWT.

Apabila Ia berpuasa namun tanpa keikhlasan untuk mengharap ridha dari Allah maka akan mudah baginya terjerumus ke dalam sifat riya’. Contoh ketidakikhlasan dalam melaksanakan puasa itu bisa dilihat dari niatnya. Ada orang yang ingin melaksanakan puasa agar di puji , atau untuk diet dan lain sebagainya. Niatan yang seperti ini akan membuat Allah SWT menolak amalan yang dilakukan orang tersebut karena bukan atas dasar keikhlasan kepada-Nya.

2. Puasa Tanpa Dasar Ilmu
Hal kedua yang juga dapat menyebabkan seseorang gagal mendapatkan ampunan dari Allah ketika bulan suci yakni mereka berpuasa tanpa dasar ilmu. Padahal sebenarnya ilmu menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan ketika hendak melaksanakan suatu amalan.

Apabila melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu, bisa saja hal yang kita anggap benar justru merupakan kesalahan yang fatal di hadapan Allah SWT. Ada banyak tempat yang bisa dijadikan wadah untuk menuntut ilmu, seperti sekolah, majelis taklim, buku-buku keagamaan dan lain sebagainya. Apabila kita telah mengetahui ilmunya maka akan mudah untuk mendapatkan ampunan sebanyak-banyaknya dari Allah SWT.

3. Puasa Lahir Minus Puasa Batin
Penyebab selanjutnya yang membuat seseorang gagal memperoleh ampunan dari Allah SWT di bulan Ramadhan adalah karena mereka hanya puasa secara lahir namun batinnya tidak. Artinya mereka berpuasa hanya sekedar menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan. Akan tetapi mereka tidak mempuasakan anggota tubuh lainnya dan membiarkannya tetap melakukan perbuatan yang bernilai maksiat.

Seseorang yang hendak mempuasakan batinnya juga harus menahan pandangan, pendengaran, ucapan yang tidak bermanfaat. Seperti Melihat yang tak sewajarnya, mendengarkan gosip dan lain sebagainya yang bisa mengurangi pahala puasa.

4. Puasa Dengan Bermalas-Malasan
Banyak orang yang bermalas-malasan ketika sedang melaksanakan ibadah puasa. Mereka menjadikan puasa sebagai waktu yang tepat untuk berleha-leha, lesu, dan tidak bersemangat. Padahal kebiasaan seperti ini justru menyebabkan dirinya akan mengalami kegagalan untuk mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Seperti yang diketahui bahwasaya bulan Ramadhan menjadi saat yang tepat untuk meraup keberkahan dari Allah. Seharusnya, moment seperti ini menjadi saat yang tepat agar kita termotivasi untuk mengais rahmat ampunan dan janji-janji Allah lainnya.

Perbanyaklah melakukan amala kebaikan seperti tilawah Al-Qur’an, tarawih, bersedekah dan menolong orang lain . Dengan demikian akan membuat puasa yang kita laksanakan lebih terasa berkah. Maka dari itu, waspadailah keempat hal di atas agar Allah SWT senantiasa memberikan ampunan kepada kita dan melimpahkan segala kebaikan.
(bt/viva)

Berikut Kata Rasulullah Soal Keutamaan Niat

SuryaNews911. JAKARTA - Masih banyak di antara kita melakukan perbuatan baik, termasuk menjalani rutinitasnya tanpa niat. Padahal, Nabi Muhammad SAW dalam hadis mutawatirnya selalu mengingatkan: Innamal a'mal bi al-niyat (sesungguhnya perbuatan [yang bernilai ibadah] ialah perbuatan yang disertai dengan niat [karena Allah]). Hadis ini menafikan nilai ibadah setiap amal dan perbuatan tanpa niat. Sekalipun yang dilakukan adalah ibadah khusus. 
Sebaliknya, amal perbuatan duniawi yang baik dan dilakukan dengan niat ibadah, maka  akan bernilai ibadah di mata Tuhan. Ulama fikih menganggap sia-sia amal perbuatan tanpa niat. Karena itu, Imam Syafi'i pendiri Mazhab Syafi'i yang banyak dianut di Asia Tenggara dan Mesir mengharuskan adanya niat bagi setiap perbuatan jika dikehendaki sebagai ibadah.

Kalangan ulama kalam (teolog) menganggap niat sebagai faktor yang membedakan antara perbuatan manusia (human creations) dan perbuatan binatang (animal creations). Senada dengan pandangan ulama tasawuf seperti dikatakan oleh Ibnu 'Arabi di dalam Fushush al-Hikam-nya, perbuatan yang dilakukan dengan niat suci dan penuh penghayatan adalah perbuatan keilahian (al-af'al al-Haqqani/divine creations). Niat adalah bentuk keterlibatan Tuhan mulai dari kehendak (masyi'ah), kemampuan (istitha'ah), sampai terjadinya perbuatan (kasab).

Semakin terasa keterlibatan Tuhan di dalam sebuah perbuatan maka semakin kuat niat itu. Segala perbuatan yang dilakukan dengan kekuatan niat, maka semakin berkah pula perbuatan itu. Pada hakikatnya niat adalah konsep matang dan penuh kesadaran dari dalam diri kita tentang suatu perbuatan yang akan kita lakukan. Dalam bahasa manajemen, niat dapat dihubungkan dengan programming atau perencanaan yang baik. Tanpa perencanaan sulit mengharapkan hasil yang baik.

Dalam ilmu manajemen modern, selalu dititikberatkan arti penting sebuah programming karena sebuah pekerjaan tanpa perencanaan yang baik pasti tidak akan menjanjikan output dan outcome lebih baik. Niat adalah the first creation dan implementasinya adalah the second creation. Muslim yang ideal selalu mengerjakan amal perbuatannya dua kali. Sekali dalam niat/program dan sekali dalam actions. Tuhan yang Mahakuasa pun melakukan kehendaknya dua kali. Sekali dalam konsep, yaitu di dalam Al-Lauh al-Mahfudh dan yang kedua dalam bentuk implementasi.

"Bukan gugur selembar daun dari dahannya, melainkan sudah tercatat di Lauh Mahfudh," kata Nabi. Nabi juga mengingatkan kita: "Takhallaqu bi akhlaq Allah" (Berakhlaklah dengan mencontoh akhlak Allah).

Ketulusan dan kesucian sebuah niat melahirkan energi positif yang dahsyat. Seseorang yang bekerja dengan niat ikhlas tidak akan pernah merasa lelah, kecewa, dan frustrasi. Bahkan, menjalani kematian pun ia akan tersenyum.

Niat yang baik akan melahirkan mental hard worker dan good performance, yang merupakan prasyarat masyarakat profesional. Niat yang baik tentunya menjanjikan output dan outcame yang lebih baik dan besar. Ini perintah agama dan ini juga tuntutan hidup sebagai seorang Muslim.

Para ahli motivasi dan ahli manajemen meyakini bahwa orang yang memiliki niat luhur dan baik akan mengadopsi kekuatan dalam (inner power) yang bekerja luar biasa di dalam dirinya. Seberat apa pun tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab yang dipikulnya akan dirasakan lebih mudah. Sebaliknya, tanpa niat ikhlas akan menyedot energinya sendiri. Bahkan, yang bersangkutan juga akan mengalirkan fibrasi negatif ke lingkungan sekitarnya sehingga orang lain juga merasa tersedot dengan energi negatif itu.

Di sinilah perlunya niat yang baik dan benar agar perbuatan kita mempunyai dampak spiritual lebih utama (insan kamil). Tingkatan efek spiritual inilah yang membedakan antara perbuatan manusia dan perbuatan binatang (hayawanat) dan karakter tumbuh-tumbuhan (nabatat). Kita perlu mengingatkan pada diri kita agar selalu tersambung (connected littishal) dengan Tuhan dalam melakukan setiap pekerjaan kita. Hanya dengan demikianlah seorang hamba bisa meraih martabat utama.
 
(na/rol)

Fitnah Merusak Reputasi Sendiri Dan Orang Lain

Memfitnah berarti menebar tuduhan kepada orang lain dengan fakta palsu atau dusta secara sengaja. Tujuannya untuk memberikan stigma negatif sehingga wibawa dan reputasi orang yang menjadi sasaran fitnah tersebut jatuh, apakah di hadapan orang tertentu ataupun di mata publik.
Bentuk dan motif fitnah ini bisa macam-macam. Misalnya, bentuk fitnah yang dikenal dengan istilah play victim, yaitu melukai diri atau merusak reputasinya sendiri dengan motif mencari simpati, keserakahan, kekuasaan, dan lain sebagainya. Dan pada saat yang sama, ia pun harus melemparkan tuduhan bahwa pihak lawanlah yang melakukannya.
Biasanya, jenis fitnah di atas sering kita temukan, baik di tengah masyarakat lokal maupun global. Kecanggihan teknologi informasi dan jejaring media sosial menjadi salah satu andalan untuk memuluskan tipu muslihatnya tersebut.
Tak aneh jika fitnah serupa atau bentuk-bentuk fitnah lainnya sering terjadi, terutama di saat menjelang kampanye pemilu atau pilkada serentak yang tidak lama lagi dilaksanakan di negara kita.
Disadari atau tidak, menebar fitnah hanya akan mengundang malapetaka dan penderitaan yang sangat melelahkan. Entah bagi diri, lingkungan keluarga, ataupun masyarakat yang lebih luas.
Dan, penting diketahui bahwa penderitaan akibat fitnah ini tidak hanya dirasakan oleh orang yang difitnah saja, akan tetapi aktor utama yang menebar fitnah pun akan merasakan akibatnya yang lebih besar jika ia tidak segera meminta maaf dan bertaubat.
Sebab, orang yang suka memfitnah orang lain sebenarnya ia sedang menata penderitaan hidupnya sendiri, cepat ataupun lambat. Seolah-olah dirinya tidak pernah memikirkan perbuatannya itu sebagai sebuah dosa. Padahal, perbuatannya itu justru mengantarkan dirinya ke dalam jurang kehinaan di dunia. Lebih-lebih di akhirat.
Salah satu kisah menarik yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tentang konflik antara Sa’id Ibn Zaid Ibn ‘Amr Ibn Nufail dan Arwa binti ‘Aus. Sa’id ditentang dan dilaporkan oleh Arwa binti ‘Aus kepada Marwan Ibn al Hakam.
Wanita itu menuduhnya mengambil sebagian dari tanahnya. Sa’id pun berkata, “Apakah aku mengambil sebagian dari tanah miliknya setelah aku mendengar ucapan dari Rasulullah SAW?”
Marwan bertanya, “Apa yang Anda dengar dari Rasulullah SAW?” Ia menjawab, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zalim maka Allah akan mengalungkan ke lehernya tujuh lapis bumi.'”
Maka, Marwan berkata, “Aku tidak akan memintamu bukti-bukti setelah ini.” Lalu Sa’id berkata, “Ya Allah, jika perempuan ini bohong maka butakanlah matanya dan matikan dia di tanahnya.” Sehingga, Urwah berkata, “Wanita itu tidak meninggal dunia sehingga matanya menjadi buta dan ketika ia berjalan di tanahnya, tiba-tiba ia terjatuh dan masuk terperosok lubang dan meninggal.” (HR Bukhari Muslim).
Dalam riwayat lain dengan makna yang sama, Muhammad Ibn Zaid melihat wanita tersebut dalam keadaan buta dan sedang meraba-raba dinding seraya berkata, “Aku tertimpa doanya Sa’id, dan sesungguhnya ia melewati sumur di rumah yang ia pertentangkan kemudian ia terjatuh ke dalam sumur dan itu menjadi kuburnya.” (HR Muslim).
Kisah di atas menunjukkan betapa buruk dan bahayanya dosa menuduh atau memfitnah, sekaligus memberi peringatan kepada kita bahwa perangai ini termasuk perbuatan jahat (zalim) yang semestinya ditinggalkan.
Di sisi lain, kisah di atas memberi hikmah dan pesan yang sangat penting untuk kita bahwa tangisan dan rintihan doa orang yang dizalimi hendaklah ditakuti karena ia akan didengar dan dikabulkan Allah. Termasuk tangisan dan rintihan doa orang yang difitnah.
Senada dengan pesan Nabi SAW kepada Mu’adz ketika akan diutus ke Yaman, “Takutlah kamu akan doa seorang yang dizalimi karena doa tersebut tidak ada hijab (penghalang) di antara dia dengan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Top