SuryaNews911. Padang.-
Gunung Padang sebuah bukit di kota Padang yang terletak di pantai sumatera menghadap samudera
hindia. Ketika mendengar nama gunung padang, kita teringat pada karya Marah
Rusli sebuah kisah dramatis dua remaja minangkabau yang terpisah karena serakahnya
Datuk Maringgih.
Kali ini kita melihat
gunung padang dari sisi lain. Sisi
pariwisatanya, Gunung Padang punya pesona yang menawan. Keindahan alam yang disajikan membuat rasa
letih mendaki dari kaki gunung jadi terobati. Angin sepoi2 diantara pepohonan
menjadikan badan kembali segar.
Tidak perlu takut
kehausan. Di puncak gunung padang ada pedagang menjual minuman dan makanan
ringan. Harga yang ditawarkan tidak jauh
beda dengan harga pasar umumnya.
Disepanjang perjalanan
dari muara padang sampai ke puncak gunung padang terlihat jelas samudera hindia
dan gugusan pulau pulau kecil yang menghiasi pantai. Pulau pisang kecil dan
besar dilepas pantai Air Manis serta pulau Sikuai dan pulau Pagang dilepas
pantai Bungus.
Ke arah utara terlihat
jelas kota Padang dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang. Dari puncak
gunung padang nampak jelas Masjid Raya Sumbar yang jadi kebanggan masyarakat Minang. Gedung
tinggi yang mulai bertebaran di kota Padang semakin menambah keindahan pemandangan.
Banyak
anak2 muda datang ke Gunung Padang memanfaatkan sore mereka sambil menunggu
sunset. Pandangan yang lepas ke samudera hindia membuat peristiwa terbenamnya
matahari sebagai kenangan tersendiri bagi mereka.
Mendaki
Gunung Padang tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya dalam waktu 30 menit,
kita sudah sampai dipuncak. Bagi mereka
yang muda, bisa lebih cepat. Sedang bagi
yang mulai berumur mungkin lebih lama. Jalan
yang dilalui melingkar hampir seperdua keliling kaki gunung. Setelah berada di hadapan samudra hindia,
baru jalan mulai mendaki menaiki anak tangga.
Disetiap
jarak 100 meter pemerintah kota menyediakan tempat peristirahatan. Dari sini kita bisa santai melepaskan lelah
menunggu etape berikutnya sambil menikmati indahnya pemandangan disela sela
pepohonan. Karena di tempat
peristirahatan ini tidak ada orang yang jualan, kita harus sediakan sendiri
perbekalan.
Menjelang
sampai ke puncak gunung, ada batu besar yang terpampang seperti dinding raksasa
di tengkuk gunung. Tangga yang kita
lewati berada disamping dinding batu.
Sepertinya batu ini ada du buah. Satu yang menghadap ke laut dan yang
lainnya sebagai penopang dibelakangnya.
Diantara keduanya ada celah yang bisa dilewati. Konon di sinilah terdapat kuburan Siti
Nurbaya yang ditulis Marah Rusli dalam novelnya yang legendaris tersebut.
Menjelang
taman di puncak gunung, kita bertemu monyet yang sudah jinak. Mereka ikut bermain bersama pengunjung yang
datang.
Dari
taman di puncak gunung ini kita bisa bebas melihat kesekeliling gunung. Pemandangan yang indah membuat kita lupa
dengan kelelahan setelah mendaki kurang lebih 1 km. (Elfizon Amir)